Minggu, 28 Agustus 2011

Di Bawah Lindungan Ka'Bah

"Budget Termahal Perfilman Indonesia"

Satu lagi nih, film keren yang diangkat dari novel karya ulama, politisi dan sastrawan besar Indonesia: Alm. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang dikenal dengan Buya Hamka. Film religi yang disutradarai sama Hanny Saputra dan berlatar kebudayaan Minang ini bercerita tentang Hamid (Herjunot Ali) yang dari kecil sudah ditinggal oleh ayahnya yang sudah meninggal, lalu hidup sederhana bersama sang ibu (Yenny Rahman). Hidup mereka makin membaik setelah bertemu dengan Haji Jafar (Didi Petet) bersama isteri (Widyawati) dan Zainab (Laudya Cynthia Bella). Beliau menyekolahkan Hamid sampai lulus dan dapat beasiswa kuliah. Sebagai balas budinya, Ibunda Hamid pun bekerja di keluarga itu.

Masalah mulai timbul saat Hamid dan Zainab mulai merasa saling jatuh cinta. Mereka tahu kalau cinta mereka nggak mungkin bisa bersatu karena perbedaan status ekonomi itu. Ibu Hamid langsung menyuruh anaknya untuk berhenti mencintai Zainab dan Zainab sendiri akhirnya dijodohin sama anak dari kerabat Haji Jafar. Akhirnya, mereka hanya bisa menyerahkan semuanya pada Allah, terutama Hamid yang mengadukan semua masalahnya langsung di depan Ka’Bah saat pergi ke Tanah Suci.

Pada screening film dan press conference 16 Agustus lalu, Manoj Punjabi selaku pruser MD Pictures yang memproduksi Di Bawah Lindungan Ka’Bah (DBLK), buka-bukaan bilang kalau ini adalah budget termahal sepanjang sejarah perfilman Indonesia, yaitu 25 miliar! “Saya memang berani mengeluarkan uang sebesar ini karena saya nggak lagi sekedar mencari keuntungan tapi juga sadar kalau ini adalah film besar dan novel karya orang besar. Jadi sepantasnya kalau dapat perhatian besar.”

Besarnya modal ini di antaranya terdiri dari semua wardrobe yang dibuat sendiri karena latar belakang film di era 1920-an. Belum lagi properti yang dibangun sendiri, seperti surau dan kincir angin.

Seventeen - Yang Tlah Merelakanmu


hati ini tlah letih
jalani kisah yang kau rasa perih
seolah hatimu yang paling terluka
tak pernah kau lihat sisi hatiku
 
* di matamu kau anggap ku selalu salah
di depanmu aku kan bersumpah mengalah

reff:
aku yang telah merelakanmu
karena kini aku merasa
tak mampu bahagiakanmu
Tuhan jagalah jiwa dan raganya
hidup matiku hanyalah untuknya
walau ku tak bersamanya
hati ini tlah letih
jalani kisah yang kau rasa perih
seolah hatimu yang paling terluka
tak pernah kau lihat sisi hatiku

repeat *

aku yang telah merelakanmu
karena kini aku merasa
tak mampu bahagiakanmu
Tuhan jagalah jiwa dan raganya
hidup matiku hanyalah untuknya
walau ku tak bersama bersamanya

repeat reff

walau ku tak bersamanya


( # spesial laguNa buat 'Paul_Rodriguez)

Jumat, 19 Agustus 2011

Terima Kasih Musuh !!!

Terima kasih, musuh…!
Engkau mengajariku bagaimana mendengar kritik yang pedas tanpa harus merasa galau. Engkau mengajariku bagaimana harus terus melangkah di jalan yang telah kutempuh tanpa ragu, meski kadang aku harus mendengar kata-kata yang kurang pantas atau tidak layak. Sungguh, ini adalah pelajaran yang sangat berharga. Pelajaran yang tidak bisa didapatkan secara teori, bahkan oleh seseorang yang telah berupaya dan berupaya. Sampai kemudian Allah mendatangkan orang lain sebagai pelatih, yang memaksa meneguk pil pahit untuk pertama kalinya, agar terbiasa untuk selanjutnya.

Terima kasih, musuh…!
Engkaulah penyebab lahirnya pendisiplinan diri; agar diri tidak hanyut oleh pujian para pemuji. Sungguh, Allah menjadikanmu sebagai penyeimbang. Agar, seseorang tidak tertipu oleh pujian, atau sanjungan orang yang berlebihan, atau ujub yang tidak pada tempatnya, dari para pengagum yang hanya melihat kebaikan dan kebaikan belaka. Berbeda dengan engkau! Engkau tidak melihat kecuali dari sisi lain. Atau, engkau sejatinya melihat kebaikan tapi engkau buat ia menjadi buruk.

Terima kasih, musuh…!
Engkau telah mencela lisan-lisan pembela kebenaran, menyerangnya, juga menentangnya, yang karenanya mengobarkan sikap pembelaan yang hebat.
Jika bukan karena nyala api yang membakarnya
Aroma harum kayu gaharu takkan ada yang tahu
Terima kasih, terima kasih! Engkau mempunyai kelebihan –sekalipun tidak engkau inginkan– dalam menciptakan iklim keseimbangan, juga obyektifitas sebuah pemikiran. Kadang, manusia meletakkan al-haq melampaui kadarnya. Dan engkau, menjadi penyebab ditegakkannya keseimbangan. Penyebab adanya evaluasi dan perbaikan. Maka, janganlah engkau diperbudak kemarahan atas sebab penolakanmu. Sebab seseorang, jika kepentingan telah masuk, tak dapat lagi melihat dan berpikir jernih. Yang tersisa hanya menolak dan menentang. Tak ada lagi ketenangan dan kehati-hatiaan dalam dirinya. Tak ada lagi kecermatan dalam memandang pendapat orang yang berbeda dengannya. Padahal, boleh jadi yang berbeda itu benar, meski hanya sedikit.

Terima kasih, musuh…!
Sungguh, Engkau telah mengasah semangat, menciptakan tantangan, membuka arena, dan menggelar kompetisi. Hingga setiap orang benar-benar terobsesi memenangkan dirinya, berambisi meningkatkan dirinya, tuk meraih kedudukan yang tinggi nan utama. Ya, berlomba adalah sunnah syar’iyah, adalah ketentuan Rabbani. Bukankah Allah berfirman, “Maka, pada yang demikian itu hendaklah manusia mau berlomba.”
Tentu, kemuliaan sebuah perlombaan, didasarkan pada tata-cara yang mulia, tujuan yang benar, media yang sehat, serta rongga yang bersih.

Terima kasih, musuh…!
Engkaulah yang menempa kami untuk berlatih bersabar, berlatih tabah dalam menghadapi cobaan, dan berlatih membalas keburukan dengan kebaikan sekaligus penolakan.

Terima kasih, musuh…!

Ya, timbangan kebaikan seseorang kelak, kadang bukan buah dari amal shalih yang ia lakukan. Tetapi, ia buah dari kesabaran, buah dari bersikap baik, buah dari ridha atas ketentuan-Nya, buah dari bersikap memaafkan…

Musuhku…, aku sadar betul bahwa sebagian dari kata-kata ini membuatmu tidak berkenan, atau bahkan terasa menyesakkan hati. Tapi, sungguh saya tidak bermaksud membuatmu begitu. Sejujurnya saya katakan, engkau adalah teman sejati. Engkau adalah saudaraku, sekalipun terdapat perbedaan pendapat di antara kita. Kalau saja kita mau melihat titik persamaan, cukup banyak yang bisa kita temukan.

Senin, 08 Agustus 2011

Luangkan SEMENIT SAJA ! Untuk Membaca Ini

Tulisan ini saya dapat dari kiriman teman lewat email.
Semoga bermanfaat dunia akhirat, amiiin….

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan, tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa.

Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar Al-qur’an tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk sholat 5 waktu, namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam al qur’an, namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci AlQuran.

Betapa Takutnya kita apabila dipanggil Boss dan cepat-cepat menghadapnya namun betapa kita berani dan lamanya untuk menghadapNya saat kumandang azan menggema.

Betapa setiap orang ingin masuk surga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir atau mengatakan apa-apa atau berbuat apa-apa.

Betapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon melalui e-mail,dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api, namun kalau ada mail yang isinya tentang Allah betapa seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya dan mensharingkannya, serta langsung klik pada icon
DELETE.

ANDA TERTAWA …? atau ANDA BERPIKIR-PIKIR. …?

Sebar luaskanlah & bersyukurlah kepada ALLAH YANG MAHA PENGASIH DAN PENYAYANG.
Apakah tidak lucu apabila anda tidak memFORWARD pesan ini…. Betapa banyak
orang tidak akan menerima pesan ini, karena anda tidak yakin bahwa mereka
masih percaya akan sesuatu?

Silakan Copy Paste karena saya juga Copy Paste untuk disebarluaskan sesuai amanat yang saya dapat di email

"Thank to Unknown Author

Butuh Kesabaran untuk Jadi Pemenang

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran… ayah
anak “Ayah, ayah” kata sang anak…
“Ada apa?” tanya sang ayah…..
“Aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…
Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capek, sangat capek …
Aku capeK karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …
Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…
Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…
Aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…
Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.
Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”
” Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? aku tidak mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi…
Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi…
Ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”
” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar ” Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.